Indonesia dalam Mitologi Mahabrata
Oleh : Rino Sundawa Putra
“Sistem sekarang ini pada akhirnya telah terbukti memunculkan
orang-orang jahat dan menyingkirkan orang-orang baik”. Itulah kira-kira
pernyataan Arbi Sanit seorang pengamat politik dari UI dalam
sebuah diskusi di televisi nasional yang menyoroti tentang praktek
percaloan proyek di Departemen-Departemen pemerintah oleh sejumlah oknum
anggota dewan di DPR.
Tidak tanggung-tanggung, praktek berjamaah ini bahkan sudah dianggap tidak tabu lagi bagi lingkungan DPR, Bahkan dugaan hasil kongkalikong proyek ini pun disinyalir masuk kedalam pundi-pundi kas partai politik. Kasus terbaru mengenai dugaan manipulasi proyek yang menimpa bendahara umum partai Demokrat M Nazarudin adalah indikator nyata yang bisa menggambarkan betapa busuknya aroma patgulipat diantara elite-elite Negara di republik ini.
Itulah gambaran bangsa ini sekarang, korupsi dan manipulasi untuk kepentingan beberapa golongan dalam episentrum kekuasaan sudah bukan lagi menjadi rahasia umum tapi telah menjadi tontonan setiap hari. Reformasi pada akhirnya telah melahirkan kekuasaan yang masih bersifat oligarkis, oligarki partai politik. Demokratisasi yang ditandai dengan menjamurnya partai politik, ternyata tidak mengarah pada apa disebut dengan mekanisme Chek and balances antara eksekutif dan yudikatif, Pemerintah dan DPR sebagai bagian upaya dalam menciptakan transparansi, akuntabilitas, kapabelitas dan integritas tata kelola negara yang mengarah pada peningkatan performa dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, tapi yang terjadi adalah mekanisme kongkalikong, patgulipat, atau apapun namanya dalam menggerogoti dan memanipulasi pundi-pundi keuangan negara. Negara ini kering akan keteladanan dan kepemimpinan karena perilaku para elite tidak pernah menjadi teladan yang baik. Dari keadaan tersebut maka munculah persoalaan kolektif, yaitu persoalan moralitas bangsa yang melahirkan manusia-manusia tamak dan oportunis.
Tidak tanggung-tanggung, praktek berjamaah ini bahkan sudah dianggap tidak tabu lagi bagi lingkungan DPR, Bahkan dugaan hasil kongkalikong proyek ini pun disinyalir masuk kedalam pundi-pundi kas partai politik. Kasus terbaru mengenai dugaan manipulasi proyek yang menimpa bendahara umum partai Demokrat M Nazarudin adalah indikator nyata yang bisa menggambarkan betapa busuknya aroma patgulipat diantara elite-elite Negara di republik ini.
Itulah gambaran bangsa ini sekarang, korupsi dan manipulasi untuk kepentingan beberapa golongan dalam episentrum kekuasaan sudah bukan lagi menjadi rahasia umum tapi telah menjadi tontonan setiap hari. Reformasi pada akhirnya telah melahirkan kekuasaan yang masih bersifat oligarkis, oligarki partai politik. Demokratisasi yang ditandai dengan menjamurnya partai politik, ternyata tidak mengarah pada apa disebut dengan mekanisme Chek and balances antara eksekutif dan yudikatif, Pemerintah dan DPR sebagai bagian upaya dalam menciptakan transparansi, akuntabilitas, kapabelitas dan integritas tata kelola negara yang mengarah pada peningkatan performa dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, tapi yang terjadi adalah mekanisme kongkalikong, patgulipat, atau apapun namanya dalam menggerogoti dan memanipulasi pundi-pundi keuangan negara. Negara ini kering akan keteladanan dan kepemimpinan karena perilaku para elite tidak pernah menjadi teladan yang baik. Dari keadaan tersebut maka munculah persoalaan kolektif, yaitu persoalan moralitas bangsa yang melahirkan manusia-manusia tamak dan oportunis.
Mitologi Mahabharata
Bila kita merujuk pada keyakinan sebagian masyarakat Jawa yang
masih memegang keyakinan berupa mitologi dalam nilai-nilai kebudayaan
Jawa (Kejawen), mitologi tentang kisah dari epos Ramayana dan
Mahabharata, kita akan menemukan kesamaan realitas antara keadaan bangsa
ini sekarang dengan apa yang diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa
mengenai kekacauan di sebuah negeri. Kisah Mahabharata ini mengangkat
pertempuran antara kebajikan dan kejahatan. Secara singkat kisah
Mahabharata ini menceritakan tentang sebuah negeri ketika di kuasai oleh
kelompok Kurawa, kelompok yang merepresentasikan ketamakan, nafsu,
egoisme, pengagungan diri, dan kepongahan yang melenceng dari kehendak
dewata. Sebuah negeri akan mengalami kekacauan, anarki, ketidakpastian,
kemiskinan dan ketidakadilan manakala kelompok Kurawa ini berkuasa.
Dalam mitologi tersebut, zaman tersebut disebut sebagai zaman edan! Bagi
sebagian masyarakat Jawa, bila zaman sudah dikatakan sebagai zaman
edan, maka pengharapan terakhir adalah kedatangan Ratu Adil.
Dalam mitologi ini, keadaan sulit tersebut melahirkan sebuah tokoh yang merepresentasikan sosok bijak yang lahir dari sistem atau keadaan yang sangat sulit, miskin dan penuh dengan ketidakadilan. Tokoh itu adalah Semar. Semar lahir dengan atribut yang melambangkan kesederhanaan, kebijaksanaan dan petuah-petuah tentang kebajikan. Sosok ini diyakini sebagai sosok penawar bagi keadaan edan di sebuah negeri.
Kelompok Kurawa ini hanya bisa dikalahkan dan digulingkan dari
tampuk kekuasaannya oleh Pandawa Lima. Pandawa Lima ini adalah kelompok
yang merepresentasikan kebajikan, keharmonisan dan keadilan, akhirnya
terjadilah pertempuran antara kejahatan dan kebajikan yang disebut
Bharata Yudha (Perang Akbar), dan Pandawa berhasil menaklukan Kurawa,
itu artinya negeri tersebut dikuasai oleh orang bajik yang membawa pada
kesejahteraan, ketertiban, keadilan dan ketentraman.
Melihat fakta yang terjadi di Indonesia, mungkin bagi sebagian masyarakat Jawa yang masih memegang teguh mitologi Mahabrata ini, akan meyakini bahwa para Kurawa sedang berkuasa di republik ini, kisah Mahabrata sedang terjadi di republik ini dan negeri ini dikategorikan sebagai negeri edan!. Mereka pasti akan menunggu sang Ratu Adil datang, para Pandawa Lima datang untuk menghancurkan kekuasaan para Kurawa. Dan mereka akan menantikan perang akbar, perang Bharata Yudha. Tidak hanya masyarakat Jawa yang masih meyakini mitologi ini, penulis pikir semua rakyat Indonesia yang masih punya kepekaan dalam mersepon keadaan bangsa ini, jelas akan berpikir sama, berpikir bahwa negeri ini digelayuti mendung kekacauan, ketidakstabilan, kekerasaan, nafsu, egoisme dan kemiskinan. Watak para Kurawa ini sangat jelas menggambarkan bagaimana para elite-elite negara memerankan sosoknya. Lalu pertanyaannya siapakan, dimanakah dan kapankah para Pandawa Lima akan muncul, calon-calon pemimpin dan elite-elite negara yang punya hati dalam membawa kebajikan dan merubah negeri menjadi lebih sejahtera. Minimalnya kita mengharapkan kedatangan sosok yang menyerupai karakter Semar, sebagai sosok penyejuk dengan segala atribut kesederhanaannya, petuah-petuahnya dan kebajikan-kebajikannya ditengah dominasi karakter tokoh-tokoh bangsa yang belum bisa merepresentasikan ketokohannya.
Mitologi Mahabrata ini mampu menggambarkan situasi bangsa ini dengan baik. Dalam konteks Indonesia, mitologi ini telah menjelma menjadi sebuah realitas, bukan dongeng atau mitos-mitos yang berkembang dalam nalar budaya masyarakat Jawa. Pada akhirnya ketamakan dan kejahatan akan dikalahkan oleh kebajikan. Itulah pesan bernilai dalam nalar budaya Jawa (Kejawen) sebagai ending dari kisah epik ini. Itu artinya kita sebagai bagian anak bangsa, harus meyakini bahwa pada saatnya nanti bangsa ini akan kembali “merdeka” dari ketamakan para Kurawa, kita harus punya semangat dan keyakinan pada perubahan yang dicita-citakan bersama.
Tulisan ini dimuat pada kolom Wacana Harian Pagi Radar Tasikmalaya Edusi 1 Juni 2011, dan http://labpolunsil.blogspot.com, 01 Juni 2011.
Penulis adalah Dosen dan Ketua Penerbitan Jurnal Politik dan Pemerintahan Fisip-Unsil
Sumber Gambar Ilustrasi :
http://swakantrainang.files.wordpress.com/2010/12/cerita-ramayan.jpg
Wah keren tw,,, :)
ReplyDeletecerita mitologi nya bagus.memang cerita2 didalam seperti sedang terjadi di republik kita ini.
ReplyDeletebener tuh sama yang komen diatas. Sama persis dengan fakta di negeri ini.
ReplyDeletebtw, blognya udah difollow. Follow balik + komen juga yy
http://yugo21.blogspot.com
sejarah memang membawa kita untuk lebih mengahayati arti hidup dan kehidupan ini
ReplyDeleteSalam kenal, mampir malam nich sob, sambil baca2 artikelnya... ayel
ReplyDeleteIya bener banget tuh gan
ReplyDeletemas saya dah follow back, salam kenal !
ReplyDeleteSalam Persahabtan Blogger juga mas !
ReplyDeleteSekarang mah, orang itu saling menatuhkan..pikir mereka hanya siapa lu siapa gua...!! huahh kalo zya jadi anggota tak tembak satu-satu..mampus-mampus dah... :D
ReplyDeletesalam kenal yah dari saya Fhikar Note
Makanya sistem yg sgt tepat hanyalah ketika setiap kita sadar tentang adanya pengawasan Allah SWT.
ReplyDeleteKeren tw,,, :)
ReplyDeleteThat's interesting, how true we're not sure kan?
ReplyDeletewah bang ane udah follow blog abang nih @ Arek Darurat (FB)
ReplyDeleteTolong Di Follow di www.ilham-am.blogspot.com
makasih...
Thx kang dah mampir di blog dofollow saya... Salam sahabat
ReplyDeleteFollower No. 453. Salam Kenal
ReplyDeletemantef tenan sob...
ReplyDeletesemoga ini tidak terjadi lg..!!
ReplyDeletemobil keluarga terbaik di indonesia
saya senang dengan cerita2 gini :D
ReplyDeletebaca dulu ahh
setidaknya belajarlah dari sejarah... bahkan, sebuah prasasti di daerah jawa barat menuliskan dgn bahasa sanskerta bahwa bangsa kita akan seperti ini jadinya... dan ternyata memang benar...
ReplyDeleteterpenting masih bisa makan dan ingat Allah... ^_^ lieur mikirin yg kyk begituan...
kren gan infonya ....
ReplyDeletesuwun njehh ...
Belanja Baju Grosir
http://www.facebook.com/GudangFashionPria
Cerita mitologi memang menarik, tapi kadang banyak yang tidak masuk akal dan membuat pola pikir manusia jadi tidak rasional.
ReplyDeletekita sebagai generasi muda,harusnya menjadi
ReplyDeleteorang yang baik dan jangan meniru yang jahat