Dampak Negatif Globalisasi





Kegiatan diskusi yang dilaksanakan pada hari Jum'at, 18 Maret 2011 ini sebagai upaya mengkaji dan membongkar wacana seputar latar belakang munculnya globalisasi (historisasi dari globalisasi), fase-fase perkembangan globalisasi (liberalisme, neo-liberalisme, kapitalisme dan globalisasi) dan pengaruh globalisasi terhadap kehidupan manusia. Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa Ilmu Politik dan dosen-dosen Ilmu Politik Universitas Siliwangi. Pembicara  dalam diskusi Bedah film ini adalah Taufik Nurohman, S.IP (Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang juga sekretaris Labpol Unsil) dan Akhmad Satori, M.Si (Kajur Ilmu Politik Universitas Siliwangi). 

Pembicara pertama Akhmad Satori melihat asal mula munculnya globalisasi. Kemudian fase-fase munculnya globalisasi sampai menjelma menjadi kekuatan besar dunia saat ini. Bahkan kekuatannya lebih besar dari negara saat ini. Namun menurut bapak Akhmad Satori bahwa selain memiliki dampak negatif juga memiliki dampak postif yakni memudahkan kehidupan manusia dengan munculnya alat-alat canggih yang memungkinkan manusia bekerja lebih efektif.  

Globalisasi secara prinsip pada dasarnya merupakan sunatullah. Artinya kultur terbuka bagi setiap orang dalam upaya saling menguasai, pengaruh-mempengaruhi akan selalu ada dalam kehidupan sosial sejak zaman Pra Sejarah. Namun, yang menjadi catatan apakah mekanisme tersebut berjalan secara fair dan mengedepankan moral dan humanisme ataukah menghalalkan segala cara termasuk “membunuh” sesamanya. Kultur globalisasi ekonomi yang saat ini berkembang di dunia cenderung pada tendensi yang kedua. Dengan mematikan peran negara “orang-orang kaya” dunia menghisap dan mengkuli-rodikan manusia, terutama mereka-mereka yang tinggal di negara-negara Dunia Ketiga.

Pembicara kedua Taufik Nurohman menyoroti salah satu penanya (mahasiswa, Odong) tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Menurut beliau, PMA sebenarnya selalu ada dalam setiap rezim, namun hanya sebagai upaya untuk menina-bobokan rakyat saja. Secara rasional, Indonesia saat ini merupakan negara yang sudah terlanjur miskin, dan memang tidak bisa terlepas dari hutang. Persoalannya apakah harus dengan hutang dari lembaga-lembaga global yang disebutkan dari film tadi?. Hal ini yang masih membutuhkan kajian lebih lanjut yang harus melibatkan para ilmuwan ekonomi, politik dan praktisi di bidang ekonomi. Penting juga di sini adalah peran pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang memiliki basis kepentingan local-contain masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini menjadi harga mati untuk Indonesia saat ini jika Indonesia serius mengupayakan Indonesia terjerat dalam hutang yang berkepanjangan dan terjerat oleh dampak negatif globalisasi. 

18 Maret 2011
Sumber gambar Ilustrasi :
kedaiberita.com

1 komentar:

  1. Sekali - sekali kasih info mengenai Telekomunikasi donk oom...hehhehe....makasih sebelumnya.

    ReplyDelete