Menjadi Pemateri dalam LKMM di STIKES BTH Tasikmalaya
Ahad, 12 Mei 2013 kemarin saya
diundang untuk mengisi materi kedisiplinan dan melatih jiwa kritis mahasiswa
dalam Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) STIKES Bakti Tunas Husada (BTH) Tasikmalaya. Kegiatan diskusi dimulai
sekitar pukul 10.00-12.30 WIB di Graha
Husada STIKES BTH.
Saya menyampaikan materi
dengan style seperti biasa, mengawali
diskusi dengan mengedepankan konsep-konsep sederhana dari kedisiplinan dan teori
kritis. Tidak mudah memang untuk secara cepat membuat manusia menjadi disiplin
dan kritis, bahkan saya sendiri saja terus terang belum secara konsisten mampu
disiplin dan kritis. Pikir saya, tidak apa-apa saya menjadi pemateri, walaupun
diri sendiri masih belajar menjadi orang kritis dan disiplin, ya itung-itung sebagai bentuk sharing pengalaman dan evaluasi bersama
atas diri masing-masing , termasuk saya.heheh..
Keduanya, baik disiplin maupun kritis, memang tidak hanya sekedar dipelajari dan dipahami, namun juga perlu dibiasakan dan dilatih. Konsistensi untuk menjadi orang disiplin perlu “jam terbang”, persis bagaikan belajar naik sepeda motor. Jika hanya menginginkan menguasai teori, mungkin dalam hitungan jam dapat dikuasai. Namun, jika sampai kepada kesadaran yang melahirkan konsistensi butuh pembiasaan dan “jam terbang” dalam membiasakannya.
Menurut saya orang yang mampu memanage kehidupan pribadinya, orang
yang amanah atau tanggung jawab, berani menanggung resiko, yang bekerja keras
dan sunggung-sungguh, paling tidak ia telah mengamalkan sebagian dari
kedisiplinan tersebut. Belajar konsisten menepati berbagai ketentuan yang telah
dibuat untuk mencapai tujuan sesungguhnya juga telah membiasakan diri untuk
berlaku disiplin.
Sedangkan kritis pada dasarnya
wajib dilakukan oleh masing-masing personal manusia. Jika kita merasa ada yang
tidak beres dengan diri kita, lingkungan, masyarakat, kampus, maka kewajiban
kita adalah berusaha memperbaikinya dengan berbagai cara. Cara yang dilakukan
juga harus elegan, sesuai dengan peran mahasiswa sebagai agent of change. Menjadi mahasiswa yang selalu merasa tidak nyaman
atas kondisi kampus yang jauh dari nilai-nilai ideal dan terpanggil untuk
memperbaikinya boleh jadi merupakan salah satu sikap kritis mahasiswa.
Terbangunnya jiwa kritis yang
dapat membawa progresifitas kehidupan, baik pribadi maupun lingkungan perlu diasah
dengan mengenali berbagai problematika di sekitar kita dan menjadi bagian atas problem solving tersebut. Berbagai
metode modern dapat digunakan untuk mengenali problem-problem tersebut seperti
Ansos, SWOT, dll.
Semoga saja apa yang telah
didiskusikan dapat menjadi “pemantik” mewujudnya disiplin dan sikap kritis,
khusnya di STIKES BTH, mahasiswa, dan kita semua pada umumnya. Amin.
22 Mei 2013. Subhan Agung
Foto-foto kegiatan :
Ane setuju banget dengan argumen agan, itu persis sebagian tersirat didalam Dasa Darma Pramuka gan ....? he he he he .... Ane juga terkadang gitu gan kalau pas disiplinnya kumat sholat aja ampe nunggu waktunya tapi kalau pas lagi males ya sholat aja ampe mepet-mepet. ternyata didalam agama saya juga mengajarkan disiplin tapi saya terkadang menghiraukannya. semoga kita masih diberi kesehatan untuk belajar disiplin. TTP SEmangat
ReplyDeletedosen ya pak, hehe
ReplyDeletegood luck
Makasih gan atas kunjungannya
ReplyDelete