Akulturasi Budaya Politik Islam Lokal (Studi Perbandingan Islam di India, Afrika, Indonesia, dan Balkan)

Oleh : Akhmad Satori[1]

A.   Pendahuluan
            Akulturasi dan Asimilasi budaya merupakan sebuah keniscayaan.  Tak ada satu bangsa dan budaya pun yang terhindar dari proses tersebut. Kemajuan suatu bangsa bahkan tergantung kepada sejauh mana ia mampu meminjam, menyerap, dan mengambil alih berbagai unsur positif budaya lain, untuk kemudian mengintegrasikannya secara kreatif ke dalam arus dinamika budayanya sendiri[2]
          Proses akulturasi dan asimilasi budaya ini sangat mencolok di awal pertumbuhan peradaban Islam (abad ke-8 sampai ke-10).  Saat itu, hubungan intelektual antara dunia Islam dan dunia sekitarnya tampak lancar, akrab, dan kukuh.  Al-Qur’an mendorong umat Islam generasi awal untuk menimba, mengambil alih dan memanfaatkan khasanah intelektual budaya dan peradaban yang mendahuluainya.
            Kebudayaan Islam membawa pengaruh terhadap kebudayaan lain yang disinggahinya, dari masa kemasa dari satu kawasan kekawasan lainnya, Islam smemberikan corak tersendiri terhadap warna budaya lokal. Kekayaan Intelektual, dan hasil arsitektur budaya tersebut melekat ketat dengan kultur Islam sehingga menghasilkan berbagai macam karya seni yang tidak ternilai hargannya.  Pranata-pranata sosial dan institusi kelembagaan juga tidak lepas dari pengaruh Islam, bahkan tradisi, adat serta bahasa juga sangat terpengaruh dengan kebudayaan Islam.
            Islam dengan wujud dan formasi keagamaannya tidak mungkin memisahkan diri dan menolak budaya local dimana Islam itu singgah, meletakan binner antara Islam dengan budaya lokal, berarti memisahkan kehendak untuk disingkirkan oleh kelompok besar yang meyakini akan terciptanya akulturasi budaya Islam dan budaya lain[3]. Dalam Islam nilai-nilai universal seperti keadilan, persamaan, dan kemanusiaan mendapatkan porsi yang luas.  Dalam konteks Islam di Indonesia misalnya, Islam masa awal mampu bersimbiosis dengan budaya lokal yang sudah barang tentu pula mengedepankan prinsip-prinsip yang sama.  Titik temu ini selanjutnya dikemas dalam format dakwah yang tidak melulu mendudukan masyarakat lokal sebagai tertuduh dan salah, akan tetapi mereka berangkat dari kekayaan dan pengetahuan yang dimilikinya.[4]
Tulisan ini berupaya untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana proses akulturasi yang terjadi antara Islam dan kebudayaan-kebudayaan lain dan sejauhmana kebudayaan Islam berpengaruh terhadap kebudayaan lokal tersebut  Adapun fokus tulisan ini studi perbandingan antara adalah kebudayaan India, Afrika , Indonesia dan  kebudayaan Balkan.

B.  Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal
            Islam adalah agama yang bersifat universal dan berlaku disetiap zaman dan tempat.  Dalam penyebarannya Islam menghadapi sistem nilai yang beragam.  Namun akomodasi kultural melalui proses akulturasi dan asimilasi memperlihatkan interaksi yang cukup intens antara agama yang bersifat universal dengan nilai, norma, serta praktek sosial yang bersifat lokal.  Islam tidak hanya mempertimbangkan tradisi tersebut dalam proses penyebarannya, tetapi juga telah melakukan berbagai proses pembaruan dengan pembentuk tradisi baru. 
            Sejarah mencatat bahwa proses akomodasi Islam berlangsung secara berbeda-beda di tempat yang berbeda dan ditentukan oleh cara pendekatan  para penyiar Islam dalam memperkenalkan agama ini.  Bagaimana mereka memahami tradisi lokal agar strategi Islamisasi dapat terlaksana.  Hal ini kemudian sangat berhubungan dengan tiga prakondisi yang penting, pertama, bagaimana proses masuknya Islam ke daerah tersebut, kedua, bagaimana strategi Islamisasi itu dijalankan, dan terakhir sejauh mana kebudayaan ini menrespon dan menyerap kebudayaan Islam.  Berikut ini akan di gambarkan studi mengenai proses akulturasi tersebut di beberapa tempat, seperti India, Afrika, Indonesia dan Balkan.

1.   Perkembangan Kebudayaan Islam di India
a.  Masuknya Islam di India.
            Awal masuknya Islam ke India bisa di klasifikasikan menjadi dua  jalur ; yaitu, jalur formal dan jalur Informal.  Secara formal proses awal Islamisasi di India terbagi menjadi empat tahap.  Tahap pertama, pada zaman Nabi Muhammad, Islam menyebar melalui media pedagangan dan hanya sebagian kecil masyarakat India yang mendapatkan pengaruh ajaran Islam.  Tahap berikutnya, pada masa Umayyah, Islam dibawa pasukan Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim dengan cara penetration pacifique[5] dan berhasil membangun pranata sosial yang harmonis dan mulai terjalin asimilasi peradaban antara arab dengan India.  Tahap ketiga semasa dinasti Ghazni, Islam menyebar melalui penaklukan-penaklukan terutama dipimpin oleh sultan Mahmud dengan berbagai motif.  Ia melakukan tujuh belas kali penaklukan dan semuanya berhasil dimenangkan.  Tahap keempat, semasa Dinasti Ghuri (Muhammad Ghuri), Islam mulai berkuasa secara permanen. [6]
            Selain secara formal melalui aktivitas penaklukan dan ekspansi, Islamisasi yang terjadi di India juga dilakukan melalui jalur informal.  Ada tiga cara masuknya Islam ke India secara Informal yaitu perdagangan, perkawinan dan peranan sufi atau alim ulama, [7]
            Pertama, jalur Perdagangan.  Jauh sebelum Yunani mengenal India (utusan) orang-orang arab sudah memiliki hubungan yang erat dengan dunia timur.  Melalui media perdagangan mereka singgah ke pelbuhan India dengan membawa produk dari Asia Tengah, Afrika, bahkan dari Eropa.  Kemudian mereka menukar dengan komoditi-komoditi Timur di bandar-bandar tersebut.  Melalui perdagangan hubungan Arab India menjadi harmonis. [8]
Penaklukan Muhammad bin Qasim di India (Sind dan Mutan) menyebabkan semakin banyak orang-orang Arab yang menetap di sana dan melakukan perdagangan dengan orang-orang pribumi.  Menurut keterangan Varthema dan Barbosa yang mengunjngi India Timur (Bangladesh) pad awal abad ke XVI M bahwa mereka banyak menemukan pemukiman para pedagang Arab dan Persia.  Hal ini mengindikasikan adanya hubungan dengan Arab sejak sebelum terjadi penaklukan. [9]
Kedua, peranan Alim Ulama dan Sufi. Sejak pertama kali Islam masuk, ajaran Islam dibaw oleh para Ulama , Sufi dan pasukan –pasukan Islam dari Arab, Yaman, Persia, Turki dan Asia Tengah.  Pengaruh Islam sangat Besar terhadap kehidupan masyarakat.  Peranan ulama dan sufi dalam menyiarkan agama Islam di tanah India sangat besar yang ditunjukan dengan banyaknya jumlah mereka yang datang ke India.  Mereka ternasuk golongan pertama yang menyebarkan agama Islam sebelum Islam masuk ke India secara formal.  Ketika pemerintah Islam berkuasa di India peran mereka tidak berkurang bahkan semakin besar memjukan agama Islam di negeri itu.
Ketiga, lewat saluran Perkawinan.  Para ahli sejarah menentukan bahwa kaum muslim yang datang ke India, di samping membawa agama Islam, juga mempunyai kecakapn ilmu pengetahuan  pengobat yang mereka miliki.  Dari aktivitas ini banyak penduduk India yang tertarik kepada agama Islam dan banyak juga yang akhirnya menjalih hubungan perkawinan antara orang islam denganpenduduk setempat.
Bagian tersesar orang-orang India yang masuk aga ma Islam berasal dari kalangan umat Budha dan orang-orang Hindu kelas bawah yang bagi mereka kesederhanaan, persamaan, persaudaraan dalam agama, dan sistem sosial Islam sangat menarik bagi penyelamat dari penderitaan dan tirani oleh golongan Brahmana.  Meskipun demikian, tidak sedikit juga orang-orang Hindu dari kelas atas yang masuk Islam terutama melalui perkawianan dengan muslim.[10]

b. Hasil Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
            Dalam bidang Ilmu pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan menjadi pertukaran budaya antara keduanya, banyak buku India yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab pada abad ke-8.  Begitu pula dengan bidang seni dan bangunan.  Bangunan-bangunan yang didirikan oleh para Sultan India antara lain, Istana Kerajaan, Benteng, Mesjid, 0tugu orang-orang besar, perlindungan bagi orang-orang miskin.  Dalam rancangan bangunannya, merupakan campuran gaya Syiria, Bizantium, Mesir, dan Iran, sedangkan detailnya Hindu, Jaina atau Budha.  Perpaduan antara gaya Islam dan Hindu tersebut menghasilkan evolusi gaya yang kadang-kadang disebut Indo-Muslim, Arsitektur Indo-Muslim adalah arsitektur Muslim yang menampilkan detail sifat-sifat tertentu dari seni bangunan Hindu.  Semakin banyak ahli muslim yang memasuki India, maka pengaruh Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit.
            Bahasa juga merupakan salah satu aspek yang berubah, pada zaman Dinasti Ghaznawi dan Ghuri, para sultan berbahasa Turki di Istana, sedangkan di kantor berbahasa Persi.  Para tentara muslim , ketika berbelanja kepasar mengalami kesulitan berkomunikasi sengan masyarakat yang memakai bahasa parkit dan sansakerta, dan akhirnya menghasilkan bahasa baru yaitu Urdu sedangkan pengaruh bahasa sansakerta melahirkan bahasa Bangla.

2.   Perkembangan Kebudayaan Islam di Afrika
a.  Masuknya Islam ke Afrika
            Setelah Amru bin Ash membuka Mesir,  pada abad ke XI mulailah gerakan dakwah Islam dilancarkan dengan giatnya, hingga suku-suku penghuni padang pasir itu banyak memeluk Islam  dan banyak didirikan kerajaan-kerajaan dan pusat-pusat Islam yang besar yang telah memberi kesan dalam penyebaran Islam.  Perkembangan ini berjalan dengan pesatnya antara abad ke-11 dan ke-17 dengan medan utamanya Afrika selatan  dan selatan Sudan.  Dakwah Islam di afrika –terutama di kalangan bangsa-bangsa kulit hitam, terlebih lagi didaerah yang diairi sungai Senegal dan niger- dilakukan oleh golongan Barbar dari Afrika Utara.
            Penaklukan Afrika Utara merupakan suatu peristiwa penting bagi kekuasaan Muawiyah. Pada masa ini, Afrika ditaklukan oleh Uqabah, akan tetapi, orang-orang Islam mengalami Kemunduran yang hebat di Afrika ketika pada tahun 683 M, orang-orang Barber dibawah kepemimpinan Koselia bangkit memberontak dan mengalahkan Uqabah, yang bersama seluruh tentaranya tewas dalam pertempuran, namun setelah beberapakali peperangan  Khalifah Abdul Malik kembali menaklukan Afrika sekali lagi berada di bawah kekuasaan bani Umayyah.[11]

b.  Proses Islamisasi di Afrika
            Berbeda dengan  proses masuknya Islam di Mesir dan Afrika Utara,. pembentukan masyarakat Islam diAfrika sub-sahara sama dengan yang terjadi di Indonesia.  Sementara masyarakat Islam di timur tengan dan di Anak benua India terbentuk melalui penaklukan oleh ekspansi militer, maka Islam di Afrika tersebar luas melalui migrasi pedagang-pedagang Muslim, sejumlah guru dan pengkut sufi.
            Pada dasarnya umat Muslim merupakan kelompok minoritas yang terlindungi di tengah-tengah masyarakat non-muslim.  Biasanya mereka mengislamkan para penguasa lokal dan membentuk sebuah elit gabungan antara penguasa dengan pedagang muslim.[12]  Di beberapa wilayah lain di sub sahara Afrika, para pedagang, komunitas  patronalis (pengembala) dan pertanian, kelompok tentara dan para guru, memiliki peranan yang sangat penting dalam memperluas identitas Islam.[13] Mereka biasanya membangun persekutuan mulai dari ikatan kekeluargaan maupun jaringan perdagangan.  Dari sanalah para alim ulama dan wali menyelenggarakan pengajaran Islam dan memberikan pengabdian kepada pemimpin lokal.

c. Pengaruh Islam dalam Kebudayaan Afrika
            Di beberapa wilayah lain seperti di kawasan volta, biasanya pedagang-pedagang Muslim berintegrasi kedalam masyarakat umum dengan menikahi perempuan-perempuan setempat dan membentuk sejumlah keluarga.  Anak keturunan dari perkawinan tersebut biasanya mearisi kepemimpinan kesukuan dan menimbulkan proses pengislaman warga setempat.  Sejumlah perayaan hari besar diselenggarakan dengan penanggalan muslim tetapi didalamnya tidak mengandung corak keislaman yang jelas.[14]
            Islam juga telah tersebar melalui migrasi orang-orang Arab yang mendorong warga setempat menggunakan identitas Islam, dan mengembangkan sebuah kultur arab-afrika dalam bahasa, arsitektur dan busana.  Ibnu Batuta yang berkunjung ke Moghadisu (wilayah Afrika Timur) sekitar tahun 1332 M, menyaksikan kota-kota tersebut dalam kemakmuran dan kultur yang tinggi, ia menggambarkan wilayah itu sebagai komunitas muslim dengan sebuah madrasah dan ulama madzhab Syafi’I dan menyaksikan pengaruh Arab dalam seremoni kerajaan dan ritual-ritual lainnya.[15]

3.    Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
a.  Masuknya Islam di Indonesia    
            Sampai saat ini keterangan mengenai bagaimana masuknya Islam di Indonesia masih banyak diperdebatkan oleh kalangan ahli sejarah, sehingga sampai sekarang belum ada kata sepakan mengenai kapan sebenarnya Islam pertama kali masuk dan berkembang di Indonesia.  Namun bagaimanapun kebanyakan teori-teori tersebut menghubungkan kedatangan Islam ke Indonesia dengan perdagangan dan usaha-usaha menjelajah  lautan yang dilakukan oleh orang-orang Islam ke Asia Tenggara dan Asia Timur Raya.
            Teori kedatangan Islam ke Indonesia dapat diambil kesimpulan menjadi dua bagian.  Pertama, bahwa Agama Islam datang ke Indonesia melalui Persi dan Gujarat, dan yang kedua, mengatakan bahwa agama Islam itu datang langsung dari jazirah Arab ke Indonesia.[16]  Demikian pula dengan tahun kedatangan Islam itu, para ahli sejarah mempunyai pandangan yang berbeda-beda.  Sebagian mengatakan Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 dan sebagian lain berpendapat pada abad ke-13.[17] 

b.  Proses Islamisasi di Indonesia.
            Dalam kaitan ini, proses Islamisasi di kawasan Indonesia harus dilihat dari fase-fase kontak sosial budaya antara para penatang muslim dengan penduduk setempat[18]. Pertama, fase kehadiran para pedagang muslim di nusantara, kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar kewilayah Asia Tenggara sejak permulaan abad Masehi, hal ini didasarkan dari literature arab yang terdapat beritatentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara.  Paul Whealty mengemukankan bahwa diantara penulis Arab hingga abad ke-14, hanya Abu Dulaf (abad ke-10) dan Ibnu Battuthah yang benar-benar melakukan perjalanan ke Asia Tenggara sampai ke negeri Cina, sedangkan penulis lain hanya berlayar hingga India atau sekitar teluk Persia.[19]
            Kedua, fase terbentuknya kerajaan Islam (13-16 M), kedatangan Islam ke Indonesia sejak abad ke-8 dan di samudra pasai pada abad ke-13 M muncul sebagai kerajaan yang bercorak Islam dan berkembang hingga awal abad ke-16 M.[20]   Sejak Kerajaan Samudera Pasai tumbuh dan berkembang, maka perkembangan Islam melalui fese Kerajaan semakin meluas, dari mulai kerajaan Malaka sampai ke kerajaan Demak pada masa-masa selanjutnya, Islam mengalami erkembangan yang sangat pesat. 
            Ketiga, fase pelembagaan Islam.   Pengaruh penyebaran Islam di  kerajaan Pasai meluas ke Aceh, Pesisir Sumatra, semenanjung Malaka, Demak, Gersik, Banjarmasin dan Lombok.  Ini terbukti dengan ditemukannya bentuk-bentuk makam disemenanjung Melayu, terutam,a batu nisannya, yang menyerupai nisan-nisan Aceh.  Daerh yang agak terlambat menerima penrkembangan Islam diluar daerah yang telah disebutkan, ialah Sulawesi, walaupun beberapa tempat seperti Buton dan Selayar serdasarkan tradisi setempat telah menerima pengaruh Islam dari Ternate.pada pertengahan abad ke-16. dengan demikian bisa dikatakan bahwa sejak permulaan abad ke-17, Islam telah dterima di hampir seluruh wilayah Nusantara.
            Dalam perkembangannya di Nusantara, Islam telah diterima dengan jalan damai.  Hampir tidak pernah ada ekspedisi militer untuk Islamisasi.  Cara yang ditempuh oleh para mubaligh Islam ialah dengan cara damai (ukhuwah Islamiyah), sehingga Islam dapat berkembang dihampir seluruh wilayah nusantara.

c.  Pengaruh Islam Terhadap Kebudayaan di Indonesia
Erat  dengan proses islamisasi maka orang-orang muslim dapat pula membentuk dan mendirikan pesantren-pesantren, madrasah-madrasah.  Melalui kelembagaan di masyarakat tersebut maka Islam dapat pula disebarkan dan dikembangkan kedaerah lingkungannya dan daerah-daerah diluarnya. Proses perkawinan antara pedagang muslim dengan anak-anak bangsawan Indonesia, juga dapat mempercepat pembentukan dan perkembangan Islam dari inti sosial yaitu keluarga hingga masyarakat lingkungannya.  Akibat perkawinan orang-orang Muslim dengan anak-anak bangsawan atau raja-raja maka proses penyebaran lebih dipercepat pula karena secara tidak langsung dalam pandangan masyarakat setempat orang muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat-sifat charisma bangsawan.  Lebih-lebih pedagang-pedagang besar itusetelah melakukan perkaeinan dengan anak bangsawan atau raja, kemudian diangkat dalam susunan birokrasi kerajaan, sebagai syahbandar, kadi atau jabatan-jabatan lainnya.
            Proses penyebaran Islam melalui saluran perdagangan dan perkawinan dengan pribumi ini jelas menguntungkan kedua belah pihak.  Bagi pedagang-pedagang Muslim merasa lebih produktif usahanya, karena selain mereka mudah dalam mendapatkan izin perdagangan juga memudahkan untuk lebih menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat.     Proses Islamisasi juga terjadi melalui pendekatan sosial budaya.  Unsur-unsur budaya setempat seperti bahasa, tulisan, arsitektur, kesenian juga diselaraskan dengan apa yang dimiliki oleh Islam.  Adat makeuta alam adalah hasil dari pengejawantahan antara adat Aceh dan Islam. 

4.   Perkembangan Kebudayaan Islam di Balkan

a.  Masuknya Islam ke daerah Balkan
Sejak abad ke-9 umat Islam telah mendatangi semenanjung Balkan, Eropa Timur.  Tetapi laut menjadi penghalang utama.  Keinginan ini baru terwujud secara formal pada abad ke-15  Ketika itu dinasti Usmani dipimpin oleh Murad II, namun ambisinya untuk menaklukan semenanjung Balkan terhalang oleh pasukan dari Hunggaria dan Hunayind.  Namun di bawah pimpinan Muhammad II Seorang sultan yang melakukan banyak penaklukan untuk masuk ke Eropa timur, dengan sejumlah kapal perang dinasti Usmani, ia berhasil menerobos pintu gerbang negara itu.
 Sultan Muhammad al-Fatih terlebih dahulu menaklukan konstatinopel (Istambul), kemudian tahun 1458–1460 M, ia berhasil menaklukan Athena dan daerah sekitarnya, lalu disusul dengan penaklukan Serbia tahun 1459 M dan Bosnia tahun 1463 M.  Para pemimpin dan rakyat Bosnia yang sebelumnya mendapatkan tekanan dari kelompok etnik serbia yang menganut kristen ortodok dan orang kroasia yang katolik kemudian memeluk agama Islam, bahkan selanjutnya memimpin perjuangan di perbatasan sebelah utara yang menjadi benteng pertahanan umat Islam di garis perbatasan.   Dengan takluknya daerah Eropa Timur ini, Islam pun tersebar di kalangan penduduk, bahkan sampai tahun 1994 M, di kawasan ini khususnya Bosnia Herzegovina, Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduknya.[21]
            Posisi geografis Balkan merupakan salah satu faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada agama Islam. Keberadaan kawasan Balkan diantara negara-negara Islam dan Romawi Kristen merupakan peluang pertama pengenalan rakyat di kawasan ini dengan umat Islam lewat perdagangan. Perdagangan kaum Iliri penduduk Balkan dengan umat Islam Arab, Persia dan Turki merupakan kesempatan kehadiran para pedagang muslim di kota-kota pelabuhan laut Adriatik bahkan ke kawasan yang lebih jauh dari pantai laut ini.
Kepingan uang emas dan perak Arab yang telah ditemukan oleh para arkeolog dan kisah perjalanan yang telah ditulis pada era ini membuktikan hal tersebut. Pada masa lalu transaksi jual beli merupakan tujuan pertama para pedagang. Para pedagang muslim telah ikut membawa budaya dan pandangan baru bersama mereka. Hal ini terjadi ketika sejumlah muslimin menempati kota-kota pelabuhan di kawasan Balkan dan dengan berlalunya zaman, jumlah mereka semakin bertambah dan meninggalkan pengaruh pada masyarakat setempat.[22] 
Kondisi politik dan agama yang dimiliki oleh rakyat Balkan, ikut memainkan peran dalam menarik mereka kepada agama Islam. Bangsa yang paling lama sekali tinggal di Balkan ialah kaum Iliri. Pada abad keenam dan ke-7 M, orang-orang Slowakia telah datang ke kawasan tersebut. Kedatangan orang-orang Slowakia ke Balkan dan upaya mereka untuk menegakkan agama Kristen telah menyebabkan timbulnya banyak pemberontakan dan peperangan. Sebagian besar dari bentrokan ini, lebih banyak diwarnai oleh sentimen keagamaan daripada sentiman etnis dan sebagai dampak dari pemaksaan agama Kristen. Selain itu  kondisi ekonomi yang buruk, tekanan agama dan perang yang tidak berkesudahan juga telah menjadi lahan penerimaan agama yang memiliki ajaran keadilan, persamaan, anti kezaliman dan yang berdasarkan keyakinan kepada keesaan Tuhan, yang tidak terdapat pada agama-agama lain.[23]

b.  Pengaruh Islam di Balkan
Sejarah Islam memasuki Balkan, banyak sekali mengalami distorsi, sehingga tergambarkan seolah-olah penduduk kawasan ini menerima Islam karena paksaan dan di bawah ancaman pedang para penguasa Utsmani. Di sebagian buku sejarah Eropa, kehadiran Islam di Balkan dikatakan sebagai hasil dari persaingan agama dan politik berbagai etnis yang tinggal di kawasan ini. Analisa tentang sejarah masuknya Islam ke daratan Eropa seperti ini, sebenarnya merupakan pengabaian peran nilai-nilai Islam yang mulia dan karya peradabannya yang sangat berharga dalam menarik bangsa Eropa Timur ini ke dalam agama Islam.  Sampai sekarang masih banyak peninggalan Islam yang terpelihara di wilayah ini.  Antara lain dua mesjid dengan arsitektur Turki yang sangat indah yaitu Mesjid Raya Husri Bek dengan menara yang menjulang ke angkasa dan Mesjid Begova[24]
Terdapat juga sebuah perpustakaan Islam dengan kekayaan Khazanah keislaman yang dimilikinya.  Perpustakaan ini pernah menjadi perpustakaan terbesar ketiga di Eropa.  Disana tersimpan tidak kurang dari 15 ribu manuskrip karya keislaman yang tertulis dengan bahasa Arab, Persia dan Turki -Ihya Ulumuddin karya al-Ghazali dan manuskrip karya penyair Persia Nuruddin Abdur Rahman- tersimpan dengan baik di perpustakaan ini.  Selain itu terdapat pula sebuah perguruan Tinggi Islam yang bernama Perguruan Ghazi Bek yang didirikan tahun 1537 M, dan merupakan salah satu perguruan tertua di Balkan dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak. [25]

C.  Perbandingan Akulturasi
            Dari uraian mengenai beberapa perkembangan kebudayaan Islam di beberapa daerah seperti yang di kemukakan diatas, dengan menggambarkan bagaimana jalur  masuknya Islam, proses Islamisasi dan pengaruhnya terhadap kebudayaan lokal, maka kiranya dapat kita komparasikan sebagai berikut:


Aspek Akulturasi
Akulturasi Kebudayaan Lokal dengan Islam
India
Afrika
Indonesia
Balkan

Masuknya Islam ke kawasan tsb.

50% dengan jalan damai dan 50% dengan Ekspansi

50% dengan jalan damai dan 50% dengan Ekspansi

100 % dengan jalan Damai

100% dengan Ekspansi militer

Saluran Islamisasi

Formal :
1.  Penaklukan,
2.  Penetration- Pacifique
Informal :
1.  Perdagangan,
2.  Mubaligh/Sufi
3.  Perkawinan

1.  Penaklukan
(Mesir dan Afrika Utara)
2.  Perkawinan
3.  Tasawuf
4.  Perdagangan
(Afrika Sub Sahara)
5.  Migrasi

1.  Perdagangan
2.  Perkawinan
3.  Tasawuf
4.  Pendidikan
5.  Kesenian
6.  Politik

1.  Penaklukan
2.  Tasawuf

Pengaruh Islam terhadap Budaya, Ilmu Pengetahuan, Kelembagaan, dan Seni Arsitektur
1.     Mesjid Agra.
2.     Bahasa Urdu,Bangla dll.
3.     Istana Kerajaan,
4.     Benteng Pertahanan, dll
1.        Tarekat-tarekat
2.        Ritual dengan penanggalan Islam
3.        Arsitektur Bangunan : Mesjid Qynawan
4.        Bahasa, dll.
5.   Bentuk Bangunan Mesjid,Mesjid Demak, dll
6.   Pesantren
7.   Tembang Para Wali
8.   Wayang,dll.
1.  Perguruan Tinggi Ghazi Bek,
2.  Perpustakaan,
3.  Mesjid Husri Bek,
4.  Mesjid Begove

Perkembangan Islam di beberapa wilayah diatas menunjukan bahwa Islam pada dasarnya masuk dan berkembang dengan cara damai.  Fakta sejarah  mrncatat bahwa ajaran Islam sebagai ajaran selalu disebarkan dengan cara damai[26] melalui jalan dakwah.  Tetapi sebagai kekuatan politik Islam tersebar baik dengan jalan damai maupun dengan jalam peperangan.  Walaupun Islam dapat menaklukan dan menguasai suatu daerah dengan jalan damai atau peperangan, penguasa Islam tidak memaksakan ajaran-ajaran Islam pada penduduknya.  Hal ini sesuai dengan prinsip dasar ajaran Islam yang tidak membenarkan adanya paksaan dalam agama.  Berdasarkan hal tersebut, di dalam Islam dikenal istilah ahl al-dzimmah (kaum dzimmi), yaitu penduduk non muslim yan berdiam di wilayah Islam.  Mereka di jamin hak-haknya dan diperlakukan sama dengan penduduk yang beragama Islam.
Banyaknya pengaruh Islam terhadap budaya, ilmu pengetahuan, kelembagaan, dan seni arsitektur membuktikan bahwa Islam mampu untuk berakulturasi secara sempurna dan akomodatif terhadap budaya lokal.  Islam lewat ajarannya memunculkan spirit pembebasan atas keterkungkungan masyarakat feudal yang telah ada sebelumnya.  Islam tidak lagi memandang perbedaan kasta, suku, dan warna kulit. Dengan prinsip-prinsip inilah Islam lambat laun dapat diterima dengan lapang dada oleh masyarakat lokal di mana Islam itu hadir.

D.  Penutup
Islam merupakan agama bangsa-bangsa yang tersebar di pertengahan bumi yang terbentang dari tepi laut Afrika sampai tepi laut Pasifik Selatan, dari padang rumput Siberia hingga ke Pelosok kepulauam Asia Tenggara yang terdiri dari; bangsa Berber, Afrika, Sudan, arab, Timur Tengah, Turki, Iran, Asia Tengah, Afghanistan, Pakistan, India, Cina, Indonesia, bahkan hingga dataran Eropa yang secara keseluruhan jumlah mereka mencapai satu setengah milyar lebih.  Dari sisi etnis, bahasa, budaya, sistem politik, adat, organisasi lokal serta pola kebudayaan dan tekhnologi, mereka menampilkan keberagaman kemanusiaan, namun Islam menyatukan mereka.
Nilai universalitas Islam, mampu bersanding secara akulturatif, sehingga mampu dijadikan spirit untuk menggapai kesejahteraan. Meskipun seringkali tidak menjadi totalitas kehidupan mereka, namun Islam terserap dalam konsep, aturan keseharian, memberikan tata ikatan kemasyarakatan, memenuhi hasrat mereka meraih kebahagiaan hidup.  Karena keberagaman tersebut, Islam berkembang menjadi keluarga terbesar ummat manusia.

Daftar Pustaka

Amin Abdullah, Penerjemahan Karya Klasik, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan peradaban, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005

Fachruddin, M. Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1985.

Hasjmy, A, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Penerbit bulan Bintang, 1995.

_________  , Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia : Kumpulan Prasaran Pada seminar di Aceh, Medan : Penerbit al-Ma’arif, 1993

Karim, M. Abdul, Sejarah Islam di India, Yogyakarta : Penerbit Bunga Grafis, 2003

_________       , Islam Nusantara, Yogyakarta : Pustaka Book publisher, 2007.

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian Kesatu dan dua, Jakarta : Penerbit Grafindo Persada, 1999

_________ , Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian Ketiga, Jakarta : Penerbit Grafindo Persada, 1999

Mahmuddunnasir, Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung : Penerbit Rosda Karya, 1991.

Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta :  global Pustaka Utama, 2004

Sadjali, Munawwir, Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah derta Pemikiran, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press, (edisi kelima), 1993

_________  ,  Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1993



[1] Ketua Program Studi Ilmu Politik Fisip Universitas Siliwangi
[2]Amin Abdullah, Penerjemahan Karya Klasik, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan peradaban, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,2005),hal.15
[3] Ahmad Syafii Maarif,  “Sublimitas Islam di Indonesia”,dalam pengantar buku Islam Nusantara karya M. Abdul Karim, (Yogyakarta Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 5-6
[4] Ibid, hal 6s
[5] Penetration pacifique merupakan istilah untuk ekspansi yang dilakukan oleh Islam, dengan strategi penetrasi dan penaklukan wilayah-wilayah yang ada di sekitar lautan pasifique. 
[6] Karim, Sejarah Islam di India, (Yogyakarta : Penerbit Bunga Grafis, 2003),hal. 1
[7] Jalur Informal yang dimaksudkan adalah …menurut M. Abd. Karim, keterangan mengenai jalur formal hanya sedikit yang dapat diketahui. Ibid., hal. 6
[8] Edwin Arnold, India Revisited (Trubnerald.co, 1886) hal.41-53. lihat juga dalam M Abdul Karim, Sejarah Islam di India, (Yogyakarta : Penerbit Bunga Grafis, 2003),hal. 41
[9] Ibid., hal.42
[10] Ibid., hal 47
[11] Wilayah Afrika yang di sebut diatas adalah Mesir dan sebagian besar Afrika Utara,     mencakup libiya, serta wilayah-wilayah yang terbentang dari Aljazair hingga Maroko, yang dikenal orang-orang Arab sebagai “al-Maghribi” lihat dalam Syed Mahmudunnasir, Islam , konsepsi dan sejarahnya (Bandung : Penerbit Rosda Karya, 1991), hal. 313-314. 
[12] Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian Kesatu dan dua, (Jakarta : Penerbit Grafindo Persada, 1999) hal. 750
[13] Ibid, hal 766
[14] Ibid., hal 772
[15] Ibid., hal 810-811
[16] Tokoh-tokoh yang mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia melalui Parsi dan Gujarat , antara lain : C. Snouck Hurgronje, H.J. Vsn den Berg, Husein Djajadiningrat, H. Kraemer, dan lain-lain.  Sedangkan Groveneveld, Hamka, T.W. Arnold dan lain-lain mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia langsung dari Jajirah Arab. Lihat makalah Drs. M. Dien Majid, Islam di Aceh Tengah dan Kaitannya dengan Perlak dan Pasai, dalam A. Hasymy (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia : Kumpulan Prasaran Pada seminar di Aceh, (Medan : Penerbit al-Ma’arif, 1993)hal.471-472
[17] Ibid.,hal.472
[18] Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban : Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998) hal.55-61
[19] Ibid., hal.56
[20] Ibid., hal 57
[21] Nina Armando (Ed)  Sejarah Masuknya Islam dalam Ensiklopedi Islam Modern Jilid II (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), hal. 32.
[22] Lihat Kehadiran Islam di Balkan dalam Sirah Nabawiyah & Islam ( Redaksi 07 Jan 2005) dalam. www.google.com
[23] Ibid, www.google.com
[24] Ibid.,Nina, hal 33
[25] Ibid., hal.. 34
[26] Q.S. al-Baqarah : 256, “tidak ada paksaan untuk( memasuki) agama Islam”

Sumber Gambar Ilustrasi :
ristu-hasriandi.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment