Hitunglah Kadar Iman Kita

Pada dasarnya kehidupan manusia adalah matematika, segalanya harus dihitung. Manusia seringkali menghitung-hitung hartanya, pendapatannya, waktunya, atau menghitung-hitung pekerjaan, kariernya. Cita-cita ingin sukses, kaya atau mendapatkan jabatan tertentu dalam kehidupannya tentu tidak lepas dari proses hitung menghitung.

Tapi apakah kita sudah terbiasa dalam menghitung-hitung amalan-amalan kita. Apakah setiap hari kita menghitung sudah berapa kali kita melakukan amal baik, amal yang mendatangkan pahala, sudah berapa kali kita melakukan, ibadah yang diwajibkan atau disunnahkan, dan sudah berapa kali kita melakukan amalan-amalan buruk yang mendatangkan dosa dan menghapus pahala. Inilah yang seringkali manusia lupa, alpa dengan perhitungan yang akan diakumulasikan, catatan-catatan yang akan diperlihatkan  di Yaumul Hisab.

Iman dalam diri manusia terbentuk tentu bukan dengan cara instan, manifestasi dari iman adalah amalan-amalan baik dan keteguhan kita dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Sebagai manusia, apalagi manusia yang hidup jauh berabad-abad setelah zaman Kenabian/Sahabat, Tabi’in dan Tabi’in tabi’ut kita seringkali mengalami pasang surutnya iman, terkadang kita merasa dekat dengan Alloh SWT, terkadang merasa jauh. Iman adalah sesuatu yang fluktuatif. Pada titik inilah kita harus peka dalam menghitung amalan-amalan kita. Orang yang senantiasa selalu menghitung imannya, pada sejatinya adalah orang yang selalu diliputi rasa takut kepada Alloh, takut bila amalan-amalan buruk lebih banyak dalam catatan Alloh SWT. Menghitung kadar iman selain sebagai sarana muhasabah juga sebagai alat mengukur diri, berecermin pada diri sendiri sebagai bagian dalam merawat iman itu sendiri.

Alangkah lebih baik manusia yang dalam hatinya merasakan pasang-surut, naik-turun atau  fluktuatifnya iman,. tetapi setiap hari menyempatkan untuk menghitung-hitung amalan-amalannya, karena kesadaran akan pasang-surutnya iman pertanda manusia itu beriman, daripada manusia yang dalam hatinya tidak pernah merasakan pasang-surutnya iman, merasa ucapan, tindakan dan perbuatannya  tidak akan dihitung, karena menganggap apa yang dilakukannya di dunia ini tidak akan dipertanggung-jawabkan di akhirat kelak. Kelalaian seperti ini adalah gambaran hilangya sebuah keimanan dalam diri seseorang, karena hilangnya rasa takut kepada Alloh SWT.

Langkah awal dalam menghitung iman adalah dengan menghitung apakah hari ini Sholat lima waktu kita tepat waktu atau tidak, berjama’ah atau tidak khusyu atau tidak, atau berapa kali dalam hari ini kita melakukan amalan sunnah, apakah hari ini saya berkata dusta dan berlebih-lebihan?. Cukuplah kita diingatkan dengan hadist dan dan ayat berikut; "Sesungguhnva amal-amal hamba yang pertama kali diperhitungkan pada hari Qiyamat adalah shalat" (HR. Abu Dawud). “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik.” (Surat Al-Kahfi : 30).


wallahualam bishawab

Ditulis Oleh : Rino Sundawa Putra
Sumber Gambar : Majelis Tafaqquh Fiddin



1 komentar:

  1. Aku hanya bisa berdoa' ya Allah berilah kami ketetapan iman, jernihnya hati, rejeki yg berkah dan manfaat, dan selamatkan kami dari dunia dan akherat. Amin

    ReplyDelete