Representasi Perempuan dalam Politik : Studi PKS Kota Depok

Oleh : Darussalam Saleh, S.IP
(Mahasiswa Pascasarjana Politik UGM)

Tulisan pendek ini akan mengulas tentang fenomena keterwakilan politik perempuan dalam Pemilu legislatif Kota Depok. Dengan melihat ke 6 Dapil di Kota Depok dalam Pemilu 2009 lalu pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tentang keterwakilan perempuan yang mengikuti Pemilu legislatif. Secara simplikatif keterwakilan kader perempuan PKS sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat di mana hanya 2 dapil yang kurang dari 30 % kuota yang harus diisi perempuan, tetapi 4 dapil sisahnya kuota terisi bahkan lebih[1].

Fenomena ini tidak sampai disitu saja, di mana 11 kader PKS berhasil duduk di kursi legislatif Kota Depok dan 4 diantaranya adalah perempuan[2]. Ini mengandaskan pandangan islam yang terbangun dibenak perempuan akan sebagian konsepsi teologis Islam tentang halal tidaknya perempuan menjadi pemimpin politik atau bersentuhan dengan hal yang selalu melekat pada diri laki-laki bias gender pun luntur dan masyarakat mempercayai suara mereka ke kader perempuan (walau pandangan tersebut sampai saat ini masih debatible). Bahkan ada di salah satu dapil hanya perempuan yang lolos untuk menjadi anggota legislatif Kota Depok dan mempercayai suara mereka ke kader PKS yang perempuan.

Lalu bagaimana ini bisa terjadi di kota yang konon merupakan basis dari PKS yang merupakan partai Islam. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa ini terjadi di Kota Depok, yang nota benenya masyarakat Depok memeluk Islam?. Dan bagaimana masyarakat melihat itu semua, atau jangan-jangan sebenarnya sudah tidak relevan atau gugur konsepsi teologis Islam menyangkut halal-tidaknya perempuan menjadi pemimpin politik, boleh-tidaknya berpoligami, hak waris anak perempuan, boleh-tidaknya perempuan menjadi hakim, muhrim, dan lain-lain. David Hill (1981; 168) menemukan urgensi kultur politik yang mendukung partisipasi dan representasi politik perempuan. Kultur politik yang tidak reseptif biasa disebut sebagai fundamentalisme kultural yang dipercaya sebagai penghambat utama bagi tampilnya perempuan di dalam ruang publik.  

Pertanyaan di atas pun secara kuantitatif, Inglehart dan Norris (2003) mengafirmasinya dalam temuan trans-surveinya, bahwa negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim cenderung tidak egaliter terhadap perempuan, dan karenanya, menghalangi akses perempuan pada kekuasaan dan pembuatan keputusan. Han ini tidak terjadi di Kota Depok malah jika mau melihat partai-partai lain yang bukan ideologi Islam keterwakilan perempuan besar. Bisa dikatakan dari 50 anggota legislatif terdapat 17 perempuan dan ini sekali lagi mengugurkan teori-teori diatas. Menurut hemat penulis keberadaan Kota Depok yang homogen dan dekat dengan Ibu Kota Jakarta ini lah yang telah merubah cara pandang akan sesuatu, termasuk tentang politik yang dibawa atau diwakili oleh perempuan. Bahwa Masyarakat sudah tidak lagi melihat laki-laki atau perempuan tetapi pada apa dan bagaimana calon tersebut bisa meyakinkan Pemilih akan layak tidaknya mereka dipilih. Hal ini menegaskan akan representasi perempuan dipolitik tergantung dari Individu dalam mengelolah potensi diri ke masyarakat atau dengan kata lain bagaimana Kader-kader Partai Islam bisa menjual diri ketengah pemilih agar mereka dibeli atau dipilih. Dan ini mengugurkan paham islamisme pada partai Islam dan intinya mereka berhasil memanfaatkan dengan baik sistem suara terbanyak. Wallohu'alam bi showabb..

 Referensi :
 (1) Data KPUD Kota Depok
 (2) idem

8 komentar:

  1. Ayyo komentari..Mari berdiskusi untuk masa depan yang lebih baik...

    ReplyDelete
  2. menurut aa gmn? tulisan ku, ??

    ReplyDelete
  3. wah gak tau mw komentar apa...
    tapi soal representasi perempuan dalam parlemen saya kira tidak usah jadi masalah. secara ideal mungkin kita mengharapkan mereka memperjuangkan kepentingan perempuan, tapi itu ilusi, sama saja...

    wacara representasi perempuan seperti ini malah rasanya sebuah kerjaan suatu kelompok untuk keuntungan kelompok itu sendiri.

    akhirnya, cuek ajalah soal parlemen, toh mereka gak peduli orang kayak aq ini.. hahaha

    komeng balik gan disini ::
    Imperialisme Kultural ala Hollywood

    ReplyDelete
  4. Great refrensinya salut ane mah!! :D

    free article directory Directory Tigefa

    ReplyDelete
  5. Lanjut diskusinya..Terima kasih teman-teman yang sudah berkunjung

    ReplyDelete
  6. mantap banget..

    Maju terus pantang mundur ..

    ReplyDelete
  7. Politik ya, sedikit berminatnya. Saya lebih suka ke topik topik teknologi.

    ReplyDelete