Hati-Hatilah Berucap dan Berperilaku..!

Oleh : Subhan Agung


Berhati-hatilah berucap dan berperilaku dalam hidup di dunia ini!. Itulah kata-kata yang selalu terngiang-ngiang dalam telinga saya dari salah satu nasihat orang tua. Setiap akan pergi ke luar kota (saat itu saya masih kuliah sarjana di salah satu kota di Jawa Tengah) selalu saja nasihat apapun yang diucapkannya diakhiri dengan : "pokonamah ati-ati tina ngucap jeung kalakuan nya cuu : pokoknya hati-hati dalam menjaga ucapan dan tingkah laku yang Nak!". Saat itu tentunya saya tidak terlalu memikirkan makna secara mendalam kata-kata itu sehingga harus saya dengar sangat sering dari kedua orang tua.

Saat ini kata-kata ini saya ingat lagi ketika banyak fenomena yang menunjukkan apa yang dinasihatkan orang tua menjadi kenyataan, baik yang secara langsung saya alami ataupun yang diberitakan media. Terus terang untuk mengimplementasikan piwuruk orang tua tersebut, dalam hidup saya selalu berhati-hati dalam berucap di manapun. Bagi saya menghargai orang lain dan berlaku sopan kepada teman atau siapapun tanpa melihat status sama dengan menghargai diri saya sendiri, karena dengan sendirinya mereka akan menghargai kita. Alhamdulillah, sampai saat ini saya belum pernah ada yang menyakiti, berkata kasar ataupun menghina. Semoga ini bisa berjalan selamanya sampai ajal merenggut.

Yang saya sampaikan di atas menunjukkan orang sekecil saya saja --bukan pejabat, bukan penguasa ataupun trah "darah biru" selalu dihargai oleh teman-teman dan kolega yang saya kenal, hanya dengan berusaha berucap dan bertingkah laku baik terhadap mereka. Walaupun sangat dimungkinkan tanpa sepengetahuan saya mereka semua pernah tersinggung oleh ucapan dan tingkah laku saya--sebagai manusia pasti itu terjadi--. 

Jika saya saja seperti itu, saya berpikiran apalagi kaum pejabat, baik tingkat lokal sampai nasional. Namun yang terjadi silakan saja anda simak sendiri dimedia bagaimana ucapan mereka yang tidak dijaga. Gontok-gontokkan sesama anggota dewan sudah biasa--seolah-olah politik harus begitu-- misal gontok-gontokan mereka dalam sidang Pansus Century yang sampai keluar kata-kata yang hanya biasa diucapkan oleh kalangan preman, bahkan lebih kasar dari itu. Padahal kepintaran, kecerdasan dan kehebatan ukurannya bukanlah orang yang pintar mengejek orang lain, apalagi itu sesama dewan. Bahkan lewat ucapan yang tidak layak dapat menurunkan penghargaan dan penghormatan masyarakat atas  tokoh tersebut. Lebih jauhnya menimbulkan masalah semakin pelik seperi pengaduan secara hukum. Lihat saja kenyataan seperti kasusnya perkataan Ruhut Sitompul yang mengatakan bahwa mereka yang menolak Soeharto jadi Pahlawan adalah anak PKI!, ketika disomasi oleh mereka yang merasa keberatan atas perkataan tersebut tokoh ini malah mengatakan hal-hal yang tidak senonoh (silakan lihat tentang hal ini di HMINEWS.COM, 10 Maret 2001

 Satu lagi yang menjadi contoh nyata perilaku anggota dewan paling mutakhir adalah kasusnya VCD Porno di Sidang Paripurna, Jum'at kemarin. hanya dengan 2 menit perilaku buruk yang dilakukan dan kebetulan terekspos media dapat menjatuhkannya dari kejauhan setelah beliau kemarin mengundurkan diri. Artinya perilaku yang tidak senonoh walaupun dilakukan sekecil apapun oleh mereka yang terhormat dan memiliki kedudukan mulia dapat dengan mudah dijatuhkan oleh perilaku yang jelek. Semoga apa yang sudah terjadi bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Siapapun mereka, dari golongan dan kelas manapun  (rakyat, maupun pejabat) kalau ingin dihormati, selamat, sukses lahir batin harus mampu menjaga lidah dan perilakunya. Ingat keterangan dalam agama pun : lidah lebih tajam dari pedang.. Semua agama pun dari doktrin yang diajarkannya berujung implementasi pada perilaku yang baik. Semoga bangsa ini akan semakin baik, jika manusia-manusianya mampu memberdayakan lidah untuk mensejahterakan rakyatnya, bukan dipakai untuk tipu muslihat. Dan semoga perilaku yang terbentuk mengarah pada progresifitas berkarya, kreatif, dan tidak merugikan atau membahayakan dirinya, kelompok lain apalagi bangsa dan agama. Amin.

Tasikmalaya, 12 April 2011

1 komentar: