Monumen Pemikiran Politik Yunani

Monumen Pemikiran Politik Yunani
Oleh : Wiwi Widiastuti[1]

Ketiga pemikir Yunani yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles adalah tokoh yang sangat penting dalam memahami ckal bakal pemikiran politik negara berkembang. ketiga tokoh ini meskipun hidup dalam satu masa, namun ketiganya memiliki karakteristik pemikiran yang berbeda. berikut ini akan saya uraikan sedikit tentang pemikiran ketiga tokoh Yunani di atas.

Yang pertama Socrates ( 470 SM - 399 SM ) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar (guru) Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar kepadanya. Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail. Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone ( 430-357 ) SM, dan siswa-siswa lainnya. 

Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan. Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan alam ini. Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa. Socrates sangat kritis dan selalu mempertanyakan tentang hakekat hidup manusia di bumi dengan pertanyaan apa dan mengapa. dia tokoh yang tidak mudah percaya terhadap kebenaran tanpa dia menyelidikinya lebih dalam. Socrates mengembangkan akal budi dan sikap kurang percaya terhadap segala sesuatu yang dianggap oleh orang banyak suatu kebenaran. dia selalu mempertanyakan tentang hakekat kebenaran. karena keingintahuannya inilah dia ditentang oleh kaum sofis dan penguasa di negaranya. 

Harus kita ketahui bahwa kaum sofis adalah sekelompok orang yang dianggap berpengetahuan dan berhak menentukan mana yang benar dan salah. Sedangkan kebeadaan Socrates ini yang selalu mempertanyakan hakekat kebenaran ini dianggap mengancam posisi kaum sofis sehingga kaum sofis menyimpulkan bahwa Socrates dianggap menyesatkan rakyat sehingga harus dihukum mati dengan cara meminum racun pada abad 399SM. Sanyangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan apapun sehingga ajaran-ajarannya dapat dibaca melalui tulisan para muridnya seperi Plato. Kematian Socrates tidak berarti kematian ajaran-ajarannya. kematian dirinya justru menjadi awal kebangkitan ajaran-ajarannya di kalangan kaum muda Yunani Kuno. Plato adalah salah satu murid Socrates yang mempopulerkan ajaran-ajaran gurunya. Plato lahir pada tahun 428/7 sebelum masehi dari keluarga terkemuka di Athena, ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Ketika bapaknya meninggal ibunya menikah lagi dengan adik ayahnya Plato yang bernama Pyrilampes yang tidak lain adalah seorang politikus, dan Plato banyak terpengaruh dengan kehadiran pamannya ini. Plato sudah mulai memperkenalakan ajaran tentang negara. menurut Plato, negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan yang menurut Plato adalah pengetahuan. Berangkat dari statement itulah Plato mengungkapkan bahwa pemimpin ang ideal adalah pemimpin yang berilmu pengetahuan yang pada saat itu disebut dengan filsuf sehingga dapat menempatkan benar dan salah pada tempatnya. 

Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip larangan kepemilikan pribadi baik dalam bentuk harta, keluarga, anak maupun istri. Hal ini dimaksudkan agar tidak tercipta egoisme yang akan menyebabkan erosif dan destruktif bagi negara dan penyebab utama disintegrasi. dengan hak atas kepemilikan pribadi menurutnya akan menciptakan kecemburuan dan kesenjangan sosial dan menjadikan setiap orang berusaha menumpuk kekayaan dan milik pribadi tanpa batas. Uang, anak, wanita adalah milik negara. anak yang baru lahir tidak perlu tahu siapa ayah dan ibunya. Dia dipelihara oleh negara dan digembleng dengan berbagai macam ketrampilan baik ilmu pengetahuan dan ilmu kemiliteran. Negara ideal menurut Plato tidak memperkenankan adanya lembaga perkawinan. tidak seorangpun boleh memiliki istri, istri adalah milik kolektif. Hal ini diakibatkan lembaga perkawinan telah menciptakan adaya pembedaan antara laki-laki dan perempuan. baik laki-laki maupun perempuan bagi Plato sama saja. karena jika dilatih hasilnya akan sama antara laki-laki dan perempuan. Plato sudah mengenalkan kesetaraan Gender meskipun masih bersifat primitif. semua pemikiran Plato yang anti individualisme ini bermuara pada pengabdiannya kepada Negara. kehancuran Athena menurut Plato bukan semata-mata karen faktor eksternal melainkan juga karena faktor internal yaitu perpecahan, disintegrasi dan disorientasi politik. sehingga pemerintahan yang ideal menurut Plato adalah sistem kenegaraan yang otoriter. 

Tokoh yang ketiga adalah Aristoteles yang merupakan murid dari Plato yang pemikirannya merupakan suatu bentuk pemberontakan terhadap gagasan Plato. Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia Tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. 

Menurut Aristoteles manusia adalah Zoon Politicon atau mahluk yang berpolitik. Aristoteles menganalogikan negara seperti organisme tubuh. Negara lahir dalam bentuknya yang sederhana kemudian berkembang menjadi kuat dan dewasa setelah itu hancur dan tenggelam dalam sejarah. Negara terdiri dari berbagai komponen-komponen, dari kumpulan keluarga, desa-desa dan persekutuan-persekutuan yang akhirnya membentuk suatu negara. terbentuknya negara karena interaksi manusia yang saling membutuhkan. Mengenai ukuran negara hendaknya jangan terlalu kecil karen kan mudah diserang dan dihancurkan oleh negara lain dan jangan terlalu luas karena akan menyebabkan kesulitan mengkoordinasikan. Negara menurut aristoteles memiliki tujuan mulia yaitu mensejahterakan seluruh warganegara. Aristoteles membenarkan adanya hak milik individu. Hak milik menjadi penting karena memberikan tanggungjawab bagi seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidup sosial. Sehingga ada keinginan mempertahankan kekayaan dari serangan luar yang membuat secara tidak langsung rakyat juga memikirkan keamanan negara demi kelangsungan hidup mereka. Lembaga perkawinan diperlukan untuk melindungi kaum wanita dari kejahatan laki-laki. Karena bagi Plato perempuan atau wanita merupakan mahluk yang tidak sempurna dan memiliki banyak kelemahan sehingga harus dilindungi melalui lembaga perkawinan. Aristoteles adalah tokoh yang mulai memperkenalkan beberapa bentuk negara yaitu Monarkhi dengan bentuk buruknya Tirani, Aristokrasi dengan bentuk buruknya Oligarki dan Politea dengan bentuk buruknya Demokrasi. 

Daftar Pustaka
Suhelmi, Akhmad,  2007, Pemikiran Politik Barat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
http://masadmasrur.blog.co.uk/2008/11/27/socrates-plato-dan-aristoteles-5119740/
http://id.wikipedia.org/wiki/Socrates

Sumber Gambar
prisgiace.blogspot.com


[1] Staf Pengajar Ilmu Politik  FISIP Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.

0 komentar:

Post a Comment